Welcome

Delete this widget from your Dashboard and add your own words. This is just an example!

Bab 1 : Yunus Yang Malang

Jumat, 11 Maret 2011

YUNUS YANG MALANG


Seperti biasanya, gue berangkat ke sekolah dianterin ayah pake motor. Memulai hari di SMP seperti biasanya. Pake seragam, pake dasi, kolor mencuat keluar, kaos dalem bertuliskan huruf S besar di dada. Guelah Superman.

Sampe di kelas, gue langsung duduk layaknya pelajar sebagaimana mestinya. Taruh tas, lalu merebah di karpet (Kelas gue lantainya pake karpet). Di kelas baru aja ada gue, reza, dan stacia. Karena kelas tergolong baru, ya gue belum begitu kenal banget sama teman-teman yang lain. Jadi gue baca buku aja sendirian.

Well, setelah anggota kelas udah pada ngumpul kelas pun dimulai. Yang udah dibilang tadi, gue masih belum akrab dengan yang lain kecuali 6 orang lainnya yang sebelumnya ada bersama gue di kelas lama. Karena jarak kelas sama ruang guru cukup jauh, perlu ditempuh dengan naik dua kali kereta trus naik lagi 4 kali angkot yang berbeda (Gak gitu sih…). Jadi, kira kira perlu nunggu 10 menit sebelum guru datang.

Karena masih belum begitu kenal dan ini udah ketiga kalinya gue ngomong, jadi masih culun-culun dan malu-malu kucing. Kelas pun hening. Di kelas gue, ada yang se-SD. Yaitu Ahmad dan Yunus. Sedangkan gue sebatang kara di kelas. Gak ada teman SD lainnya. Sama seperti semuanya kecuali Ahmad dan Yunus.

Tetapi ada sialnya juga ada temen SD di kelas, Faktornya cuma ada satu : Nanti temen kita yang se-SD bakal curcol atau ngebacot tentang kita. Biasanya yang jadi korban “curcol maut” ini yang agak banyak tingkah. Nah diantara Ahmad dan Yunus inilah yang agak banyak tingkah yaitu Yunus.

Kebetulan di kelas gue ada yang suka buat onar, yaitu Lucky. Yang namanya masa SMP pastilah masih tengil dan belum begitu dewasa. Awal mula kejadian ini adalah ketika Ahmad melakukan “tamparan pertamanya” ke Yunus melalui ceritanya semasa SD dengan Yunus. Ahmad mengaku mereka pernah tertangkap basah oleh kamera telah berpacaran dengan di suatu tempat di bilangan Jakarta… hiiiy, maho…

Jadi Ahmad bercerita tentang tingkah Yunus di SD dari mulai pernah berantem, adu otak, nyari cewek, dipuji guru, nyolong sempak, digebukin satpol pp karena kepergok jualan pagar jamban, dsb. Sontaklah jadi bahan tertawaan. Sedangkan Yunus yang ingin membalas cerita Ahmad kebingungan karena Ahmad sendiri tidak banyak bertingkah. So, unlucky!
Dan Lucky pun sontak bereaksi, “Jadi di SD gitu tingkah lo nus?”

Berusaha membalikan keadaan, Yunus pun menjawab, “Yoi, kecuali yang nyolong sempak sama jualan pagar jamban”

“Jadi keren kan kehidupan gue di SD! Nggak kaya lo semua…” Dengan gaya lebay ala Jemes Bond kejepit pintu Yunus pun meneruskan perkataannya

Gue pun menjawab, “Bangga banget sih?”

“Bangga… dong, gue!” Yunus menjawab

Dewi Fortuna sedang tidak berpihak pada Yunus alias tidak beruntung, karena tingkahnya dia dijerat hukuman pasal berlapis karena mengaku sebagai tangan kanannya Robot Gedek. Hehehe… nggak lah,

Keesokan harinya, Yunus nyolong kolor gue yang disimpen di kolong meja…. Eh, Yunus beraksi di hadapan guru. Dia menanyakan sesuatu yang kayaknya cukup susah dicerna guru. Kebetulan lagi belajar IPS, jadi yang ditanyakan adalah pengetahuan.

“Pak, Ahmad Yani mati dimana?” Yunus bertanya

“Ooh… di lubang buaya nak” Jawab si guru

“Lokasi terincinya sebelah mana kota apa dan daerah mana?” Yunus meneruskan

Sontak guru pun bingung lah, gue aja bingung

“Intinya ada di Jakarta Timur nak,” Jawab si guru

Memang Yunus itu masternya pengetahuan letak dan posisi kota di Jakarta, jadi ya begitulah

“Yah, jelasin dong pak..!” Yunus mengotot

“Di sebelah timur” Jawab si guru

Yang namanya Jakarta Timur pastilah di Timur, masa di Utara

“Ish… bapak nih ya, kok nggak terperinci sih jawabnya!” Kata Yunus egen

“Ya maaf nak, bapak lupa…” Pasrah si guru

“Lubang Buaya tuh, di deket Rawa Buaya!” Yunus menjawab
Melihat kesedikit tingkah Yunus, gue dan yang lain pun mencoba menguji Yunus melalui teka teki

“Nah, sekarang gue tanya… dimana itu Paris?” Gue bertanya

“Ah.. gampang, di Perancis lah!” Yunus egen

“Salah!! Orang Paris artinya Perapatan Ciamis!” Gue menang telak

“Hahahah….” Semua tertawa

“Ngaco nih pertanyaan!” jawab Yunus

Et seh, yang namanya lalet…tetap lalet.. yang namanya belet.. tetap belet. Intinya susah banget tuh nasihatin satu manusia. Lalu 11 dari 12 manusia di kelas gue tuh kayaknya juga merasa benci banget sama tuh manusia. Akhirnya gue usul untuk menjahili tuh anak.

Eniwei, berkat usul gue barusan. Sontak menyadarkan anak-anak lain supaya otak tengilnya bangkit. Dan mulai saat itu juga mereka menjahili Yunus.

Akhirnya… dengan segala cara yang dihalalkan, mereka menjejalkan semua keisengannya ke Yunus. Tentu aja nggak di bales lagi. Yunus yang malang

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar